Sabtu, 15 Maret 2014

Senja Di Pelabuhan Kecil

Buat Sri Aryati
Ini kali tidak ada yang mencari cinta 
Di antara gudang rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tidak berlaut
menhembus diri dalam mempercaya mau berpaut

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelapak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak 
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak


Tiada hari. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
Sekali tiba di ujung, dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap.
(Kapankah Kesusastraan Indonesia Lahir:1964)

Lihatlah bagaimana Chairil Anwar membangun suasana sunyi dengan pillihan-pilihan kata:  senja, dipelabuhan kecil, gudang  dan rumah tua, kapal (yang berupa) perahu tidak berlaut. Lalu ada gerimis (yang) mempercepat kelam dan kelepak elang (yang menyimpang muram). Semuanya membuat suasana jadi semakin sunyi. Tidak bergerak. Di tambah lagi dengan metafornya yang amat bagus tanah dan air tidur hilang ombak.
Jika Chairil Anwar mempersoalkan kemerdekaan dalam puisi-puisinya (dalam tema, sikap dan struktur) maka dengan itu ia telah memberi corak yang baru dalam kehidupan Puisi Indonesia Modern. Puisi-puisi yang mempersoalkan kemerdekaan cenderung untuk mengambil bentuk sebagai puisi protes atau puisi satire. Hal ini juga terasa dominan dalam puisi-puisi Chairil Anwar.
Categories:

0 komentar:

Posting Komentar

Perhatian : Untuk kebaikan bersama Dilarang menyisipkan Link Hidup.
jika cuma teks url blog/web atau isi di daftar tamu itu tidak menjadi masalah, kalaupun masih ada tentunya Pihak Admin akan Menghapusnya.