Kamis, 13 Maret 2014

Puisi-puisi Chairil Anwar

Kemerdekaan dalam sikap dan pernyataan.
Dalam puisi-puisi Chairil Anwar, kemerdekaan selain dijadikan tema, sekaligus mewarnai sikap dan pernyataan-pernyataannya. Pengertian kemerdekaan tidak hanya terbatas pada kemerdekaan sebagai bangsa, tapi tertutama adalah kemerdekaan manusia. Pada zamannya, Chairil Anawar tidak hanya berhadapan  dengan penjajahan bangsa oleh bangsa, tapi juga dengan sikap-sikap feodal, hiprokrisi, kebekuan nilai-nilai, dan bahkan penjajahan manusia oleh manusia.

Beberapa peristiwa sejarah yang penting yang melatarbelakangi kehidupan para sastrawan Angkatan 45, menyebabkan masalah penjajahan bangsa oleh bangsa, perjuangan bangsa, dilihat dalam hubungan kemerdekaan manusia. Kalau para sastrawan Angkatan45 bicara tentang kemerdekaan maka itu adalah dalamkaitan (konteks) kemerdekaan manusia, kalau bicara tentang nasib maka itu adalah dalam kaitan nasib manusia. Perang dunia I dan II, Penjajahan Jepang, dan Juga revolusi fisik memperlihatkan kepada mereka betapa rapuhnya nasib manuisa itu.
Unsur musikalisasi dalam puisi Chairil Anwar itu tidak hanya di dapatkan pada bunyi dan irama, tapi juga pada makna. Suasanya dibangun tidak hanya melalui kemerdekaan bunyi, tapi juga pada kaitannya makna. Tidak pada wujudnya yang lahir, tapi pada makna yang terkandung di dalamnya.
Lihat bagaimana kemerdekaan itu dalam puisi Chairil Anwar yang terkenal ini:

Aku
Kalau sampai waktuku
Kumau tak seorang yang merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang, menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari

Hingga hilang pedih peri
dan aku lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi


Categories:

0 komentar:

Posting Komentar

Perhatian : Untuk kebaikan bersama Dilarang menyisipkan Link Hidup.
jika cuma teks url blog/web atau isi di daftar tamu itu tidak menjadi masalah, kalaupun masih ada tentunya Pihak Admin akan Menghapusnya.